Metode Pengolahan untuk Meningkatkan Nilai Nutrisi Bulu Unggas
1. perlakuan fisik dengan pengaturan temperatur dan tekanan,
2. secara kimiawi dengan penambahan asam dan basa (NaOH, HCL),
3. secara enzimatis dan biologis dengan mikroorganisme dan
4. kombinasi ketiga metode tersebut.
Hidrolisat bulu ayam adalah bahan pakan sumber protein yang dapat diproduksi secara lokal dengan kandungan protein kasar sebesar 81−90,60% (NRC, 1985; SUTARDI, 2001 dalam Siregar, 2005). Protein hidrolisat bulu ayam kaya akan asam amino bercabang yaitu leusin, isoleusin, dan valin dengan kandungan masing-masing sebesar 4,88, 3,12, dan 4,44%, namun defisien akan asam amino metionin dan lisin. Untuk memenuhi kebutuhan asam lemak rantai cabang bagi pertumbuhan bakteri selulolitik maka dilakukan suplementasi hidrolisat bulu ayam sebagai sumber asam amino rantai cabang yang berperan sebagai prekusor asam lemak rantai cabang.
Berdasarkan hasil studi di dalam dan di luar negeri, nilai biologis bulu ayam dapat ditingkatkan dengan pengolahan dan pemberian perlakuanyang benar. Sebagai contoh, bulu ayam yang diolah dengan proses NaOH 6 % dan dikombinasikan dengan pemanasan tekanan memberikan nilai kecernaan 64,6 %. Lama pemanasan juga dapat meningkatkan kecernaan pepsin bulu ayam hingga 62,9 %. Namun, pemanasan yang terlampau lama dapat merusak asam amino lisin, histidin dan sistin serta menyebabkan terjadinya reaksi kecoklatan (browning reaction). Kandungan nutrisi tepung bulu terolah tertera pada Tabel 1 di bawah ini.
Penggunaan Tepung Bulu Ayam untuk Ternak
A.Ruminansia
Keunggulan penggunaan tepung bulu ayam untuk ternak ruminansia adalah tepung mengandung protein yang tahan terhadap perombakan oleh mikroorganisme rumen (rumenund egradable protein/ RUP), tetapi mampu diurai secara enzimatis pada saluran pencernaan pasca rumen. Nilai RUP tersebut berkisar 53-88 %, sementara nilai kecernaan dalam rumen hanya 12-46 %. Penggunaan tepung bulu unggas sebagai bahan pakan sumber protein ternak merupakan salah satu pilihan yang perlu mendapat pertimbangan. Pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba rumen terutama bakteri selulolitik membutuhkan asam lemak rantai cabang(BCFA). Bakteri selulolitik menggunakan asam lemak rantai cabang sebagai kerangka karbon untuk sintesis protein tubuhnya. Asam lemak rantai cabang yakni isobutirat, isovalerat dan 2- metil butirat diperoleh dari proteinpakan. Asam lemak rantai cabang ini adalahhasil deaminasi dan dekarboksilasi dari asamamino rantai cabang (BCAA) yakni leusin,isoleusin dan valin. Bila kandungan asam amino rantai cabang pakan rendah maka asam lemak rantai cabang merupakan factor pembatas pertumbuhan bakteri selulolitik. Hidrolisat bulu ayam adalah bahan pakan sumber protein yang dapat diproduksi secara lokal dengan kandungan protein kasar sebesar 81−90,60% (NRC, 1985; SUTARDI, 2001). Protein hidrolisat bulu ayam kaya akan asam amino bercabang yaitu leusin, isoleusin, dan valin dengan kandungan masing-masing sebesar 4,88, 3,12, dan 4,44%, namun defisien akan asam amino metionin dan lisin. Untuk memenuhi kebutuhan asam lemak rantai cabang bagi pertumbuhan bakteri selulolitik maka dilakukan suplementasi hidrolisat bulu ayam sebagai sumber asam amino rantai cabang yang berperan sebagai prekusor asam lemak rantai cabang. Bagi ternak ruminansia mineral merupakan nutrisi yang esensial, selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak juga memasok kebutuhan mikroba rumen. HOGAN (1996) menyatakan bahwa untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan yang optimal, mikroba rumen membutuhkan mineral makro (Ca, P, Mg, Cl dan S), mikro (Cu, Fe, Mn dan Zn) dan langka (I, Co dan Se). Mineral mikro dan mineral langka dibutuhkan mikroba untuk melakukan berbagai aktivitas termasuk sintesis vitamin B12, dan kebutuhannya akan mineral ini sangat sedikit dibandingkan dengan mineral makro.
Dari hasil pengujian biologis, tepung bulu dapat digunakan sebagai pengganti komponen bahan pakan penyusun konsentrat untuk ternak ruminansia. Pada domba, penggunaan tepung bulu ayam memberikan prospek yang menjanjikan. Uji biologis penggunaan tepung bulu ayam sebagai pengganti sumber protein pakan konvensional (bungkil kedelai) hingga taraf 40 % dari total protein ransum memberikan respons sebaik ransum control.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perlakuan campuran bulu ayam, Ca-PUFA, Mg-PUFA (mineral makro organik) dan Zn, Cu, Se, dan Cr, lisinat (mineral mikroorganik) dapat meningkatkan kecernaan bahan organik, energi, pertambahan bobot badan, dan efisiensi ransum untuk kambig peranakan Etawah jantan(muhtarudin et al.) UMI ADIATI et al (2004) menyatakan bahwaBulu ayam sebagai limbah atau produk samping dari TPA tersedia cukup banyak dan dapat dipergunakan sebagai sumber protein pakan dan bemilai tambah bila diproses menjadi tepung bulu ayam. Pemanfaatan dan penggunaan tepung bulu ayam sebagai salah satu komponen suplemen protein makanan ternak ruminansia belum banyak dilakukan. Tepung bulu ayam dapat dipergunakan sebagai salah satu komponen makanan ternak rurninansia sebagai sumber protein ransum maksimal 40%. Disarankan agar pemakaiannya dilakukan setelah melalui suatu proses pengolahan agar ikatan sistin dalam bulu ayam dapat terurai . Pemanfaatan tepung bulu ayam sebagai bahan makanan ternak ruminansia sebaiknya diperuntukkan bagi ternak yang sedang tumbuh (f 10% protein dalam ransum).
B.Unggas
Di Indonesia, tepung bulu untuk bahan makanan unggas ini tersedia dalam bentuk produk pabrik yang terjamin dan merupakan tepung bulu siap pakai atau tepung bulu yang sudah diolah. Berbagai hasil penelitian di berbagai belahan dunia ini menunjukkan bahwa tepung bulu dapat digunakan pada level tidak lebih dari 4 % dari total formula ransum tanpa membuat produktivitas unggas merosot. Semakin baik pengolahannya, akan semakin baik pula hasilnya. Semakin banyak digunakan tepung ini justru akan menekan prestasi unggas, produksi telur berkurang dan pertambahan berat badan juga merosot (Rasyaf, 1992). Sebagai bahan makanan unggas dan juga babi, tepung bulu ini memang tidak terlalu menggairahkan. Sejauh mana penggunaannya memang tergantung pada kemampuan mengolah tepung bulu itu.
Hasil Penelitian Erpomen et al. (2005) Ransum perlakuan dengan susunan sebagai berikut : A = Ransum tanpa TBA (kontrol), B = Penggantian 25 % protein tepung ikan dengan TBA, C = Penggantian 50 % protein tepung ikan dengan TBA, D = Penggantian 75 % priotein tepung ikan dengan TBA, E = Penggantian 100 % protein tepung ikan dengan TBA. Peubah yang diamati selama penelitian : konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konvensi ransum. Dari hasil penelitian tahap I terlihat bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara dosis NaOH dengan lama pengukusan terhadap BK, PK, LK dan pengukusan fermentasi TBA memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,05)>
Kesimpulan
- Penggunaan tepung bulu unggas dapat menggantikan pakan sumber protein konvensional seperti bungkil kedelai dan tepung ikan.
- Pemanfaatan tepung bulu ayam sebagai pakan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembuangan bulu ayam yang tidak tepat
- perlakuan campuran bulu ayam, Ca-PUFA, Mg-PUFA (mineral makro organik) dan Zn, Cu, Se, dan Cr, lisinat (mineral mikro organik) dapat meningkatkan kecernaan bahan organik, energi, pertambahan bobot badan, dan efisiensi ransum untuk kambig peranakan Etawah jantan.
- Pemberian tepung bulu unggas tidak boleh lebih dari 4 % dari total formula ransum.
Daftar Pustaka
Adiati, umi.dkk 2004.peluang Pemanfaatan Tepung Bulu Ayam Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa vol. 14 no. 1
Anonimus, 2003. Bulu Unggas Untuk Pakan Ruminansia. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Volume 25 No. 6.
http://lp.unand.ac.id/?pModule=home&psub=home&pAct=view&_haeder=home
http://yunilasyarja.blogspot.com/2009/2/potensi-limbah-bulu-ayam-sebagai-bahan.html.
HOGAN, J. 1996. Ruminant Nutrition and Production in the Tropics and Subtropics. Australian Centre for International Agricultural Research. Canberra.
Muhtarudin dan Ali H, 2004. Pengaruh Suplementasi Hidrolisat Bulu Ayam dan Mineral Organik terhadap Kecernaan Zat Makanan, Pertambahan Bobot Badan, dan Efisiensi Ransum Kambing Peranakan Etawah Jantan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Perguruan Tinggi.UNILA
MCDOWELL, L.R. 1992. Minerals in Animal and Human Nutrition. Academic Press, London.
NATIONAL RESEARCH COUNCIL. 1985. Nutrient Requirements of Sheep. National Academy Press. Washington D.C.
Siregar, zulfikar.2005. Pengaruh suplementasi hidrolisat bulu ayam, mineral esensial dalam ransum berbasis limbah perkebunan terhadap penggunaan, nilai hayati protein dan efisiensi ransum (the effect of hidrolyzed poultry feather and mineral essential supplementation in plantation by-product based ration on utilization, biological value of protein, and efficiency of ration).seminar nasional teknologi peternakan dan veteriner 2005 .
2 komentar:
Kami Supplier Pabrik Pakan Ternak Menerima BULU AYAM & BULU BEBEK/ENTOK Kondisi BERSIH & KERING Dalam Jumlah Besar dan Rutin..Serius Hubungi : Rudy 081-8519162
Kami Supplier Pabrik Pakan Ternak Menerima BULU AYAM & BULU BEBEK/ENTOK Kondisi BERSIH & KERING Dalam Jumlah Besar dan Rutin..Serius Hubungi : Rudy 081-8519162
Posting Komentar