Macam Macam Hewan Langka

Elang Laut Punggung Hitam (Thalassarche melanophrys)



Malang benar nasib elang laut punggung hitam. Populasinya terus menyusut karena terjaring secara tak sengaja oleh mata pancing nelayan. Ia pun sering ditemukan mati akibat pemakaian pukat penangkap ikan.


Pada tahun 2002 populasinya tinggal 3 juta ekor. Sejak itu, ia mulai masuk dalam kategori hewan yang dilindungi. Selang setahun, elang laut punggug hitam sudah teridentifikasi sebagai binatang yang hampir punah. Sebanyak 21 spesies elang laut lainnya juga hidup dalam ancaman kepunahan.


Elang laut punggung hitam mengandalkan binatang air berkulit keras seperti kepiting dan udang sebagai pengisi perut. Ia juga menyukai ikan dan cumi-cumi. Kalau sedang sulit mencari mangsa, bangkai dan sampah pun disantapnya.


Binatang ini biasa membuat sarang di lereng-lereng yang curam. Sesekali, daratan datar di tepian pantai juga dijadikannya sebagai rumah. Ia hidup secara berkoloni. Seluruh tempat bermukimnya telah dijadikan sebagai area yang dilindungi. Ini dilakukan agar perkembangbiakan elang laut ini tetap terjaga. Langkah itu sangat penting mengingat perkembangbiakan burung ini cenderung menurun.


Burung bertubuh putih dan bersayap hitam ini paling banyak ditemui di Kep. Falkland, Malvinas. Kep. Campbell, Antipodes, dan Snares (Selandia Baru) juga merupakan sarang elang laut punggung hitam. Selain itu, Islas Diego Ramirez (Chili), Georgia Selatan, dan selatan Kep. Sandwich, Kep. Crozet dan Kerguelen, Kep. Heard dan McDonald, serta Kep. Macquarie (Australia).


Untuk menjaga elang laut punggung hitam dari kepunahan, organisasi konservasi BirdLife International membuat kampanye penyelamatan. Para nelayan dihimbau untuk menerapkan cara pemancingan dan penangkapan ikan yang lebih bersahabat dengan elang laut. Salah satunya ialah dengan menghindari pemakaian pukat.




Jalak Bali (Lencopsar rothcshildi)


Dulu, alam indah Pulau Bali adalah surga bagi Jalak Bali. Di sinilah tempat mereka terbang bebas mencari makan dan bersarang. Sebab, Jalak Bali tidak mengenal daerah lain sebagai tempat tinggal.

Sayangnya, belakangan hutan dan savana Bali tidak lagi aman untuk tempat bernaung bagi burung yang pernah menjadi maskot Provinsi Bali ini. Pembukaan lahan untuk ladang dan pertanian membuat pohon sulit ditemui. Padahal, Jalak Bali tidak bisa beradaptasi bersarang di tempat lain, selain lubang bekas sarang burung pelatuk. Di samping itu, perburuan yang tidak terkendali, pemasangan jebakan, dan penembakan liar terus mendera Jalak Bali. Binatang pemakan serangga dan buah ini pun terancam punah.

Di tahun 2001, menurut laporan access Bali online, hanya ada tujuh ekor burung Jalak Bali yang hidup bebas di Taman Nasional Bali Barat. Sementara itu, 230 ekor lainnya hidup di dalam kandang pembiakan di Amerika Utara. Inggris malah berhasil memelihara 520 ekor Jalak Bali.
Jalak Bali termasuk burung yang paling diminati di pasar gelap. Ketiadaannya di alam bebas membuat harga burung yang dikenal dengan nama Bali Starling ini melonjak tinggi. Kabarnya, seekor Jalak Bali dihargai tidak kurang dari Rp. 15 juta. Kendati sudah ada hukum yang menjerat pelaku perburuan Jalak Bali, burung ini tetap saja berada dalam kondisi yang terancam.

Sebetulnya, menurut para pecinta burung, Jalak Bali tidak terlalu spesial. Mereka mengaku keindahan burung ini tidak tercermin dari suaranya. Bulunyalah yang menjadi daya tarik Jalak Bali.

Burung ini berbadan putih. Sementara itu, ujung sayapnya dihiasi warna hitam. Di pipinya, terdapat pola berwarna biru membingkai matanya. Burung ini biasa bersarang berpasangan. Pada zaman dahulu, dalam satu kawanan biasanya terdapat 30 sampai 60 burung.


Burung Maleo


Maleo adalah salah satu jenis burung dari Pulau Sulawesi. Maleo hanya hidup secara alami di pulau Sulawesi atau para ahli mengistilahkannya dengan endemik.
Maleo yang dalam nama ilmiahnya di kenal dengan Macrocephalon maleo termasuk dalam keluarga Megapodidae (Megapoda = kaki besar) , sementara Macrocephalon itu sendiri berarti kepala besar.

Lantas di mana kita dapat menjumpai maleo?
Seperti telah di sebutkan di atas Maleo hanya dapat kita jumpai di Pulau Sulawesi. Sedangkan di Sulawesi sendiri maleo hanya dapat dijumpai di Sulawesi bagian Utara (termasuk Gorontalo), Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.

Bagaimana rupa burung Maleo?
Jika diperhatikan ukuran tubuh Maleo sedikit lebih besar dari Ayam dewasa. Maleo memiliki tonjolan di atas kepala (seperti konde) dan konon katanya berkat tonjolannya tersebut Maleo dapat mendeteksi panas bumi untuk menetaskan telurnya.


Harimau Sumatera

(Phantera tigris Sumatrae)

merupakan satwa asli Indonesia yang terancam punah, hanya dapat ditemukan di pulau Sumatera dan diperkirakan populasinya tinggal 450 – 500 ekor saja di habitat aslinya dan sekitar 250 ekor dipelihara di kebun-kebun binatang seluruh dunia . Selain maraknya pembukaan hutan untuk lahan perkebunan mapun penebangan liar, pemburuan oleh manusia untuk diperdagangkan kulit maupun dagingnya atau hanya sekedar kesenangan belaka(!) turut mempercepat kepunahan dari satwa langka tersebut.


Harimau Sumatera mempunyai warna paling gelap antara semua sub-spesies harimau. Jalur hitamnya lebar dan dekat-dekat dan kadang kala berganda. Harimau Sumatera berbeda dengan harimau Siberian oleh kaki hadapan yang berbelang. Harimau Sumatera merupakan harimau terkecil dalam sub-spesies harimau. Harimau Sumatera jantan mempunyai panjang rata-rata 2.4 meter (8 kaki) dari kepala hingga ke hujung ekor dengan berat rata-rata 120 kilogram dengan tinggi 90 sentimeter. Harimau Sumatera betina berukuran 2.2 meter (7 kaki) panjang dengan berat 90 kg.

Mungkin karena sudah sangat sulit menemukan satwa langka tersebut di habitat aslinya di hutan tanah rendah, hutan bergunung dan separuh bergunung, dan di hutan paya gambut di kepulauan Sumatera, maka entah mendapat ide busuk dari mana sekumpulan manusia tamak dan tidak perduli dengan kenyataan bahwa Harimau Sumatera sudah sangat langka justru membantai harimau yang hidup di Kebun Binatang Taman Rimbo Jambi dengan sadis.

Tubuh raja hutan ini ditemukan tercincang dengan bagian kepala termasuk gigi, kulit, serta tulangnya telah raib di kandangnya. Harimau berusia 20 tahun bernama Sheila ini diduga mati karena diracun. Harimau jenis betina ini dibunuh dan bagian tubuhnya dicuri pelaku yang diduga lebih dari satu orang dan mempunyai jaringan luas untuk menjualbelikan kulit harimau tersebut.

Yang tinggal di kandang Sheila hanyalah isi perut saja, sementara lainnya telah dicuri pelaku yang diduga sudah sangat profesional. Di dalam kandang juga kita ketemukan muntahan daging sapi yang sudah dibumbuhi racun yang sebelumnya sempat dimakan Sheila. Luputnya pembataian harimau oleh komplotan pencuri satwa ini sebagian karena rendahnya pengawasan di Taman Rimbo.

Perlu diingat, selain Harimau Sumatera Indonesia juga memiliki Harimau Jawa yang sudah punah sekitar tahun 1972 dan Harimau Bali yang juga telah punah sekitar tahun 1937. Akankah nasib Harimau Sumatera juga akan tinggal nama alias punah selamanya?

Dalam upaya penyelamatan harimau sumatera, Taman Safari Indonesia ditunjuk oleh 20 kebun binatang di dunia sebagai Pusat Penangkaran Harimau Sumatera, studbook keeper dan tempat penyimpanan sperma (Genome Rescue Bank) untuk harimau Sumatera.


Babi Rusa


Babirusa (Babyrousa babirussa) hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan Maluku. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.

Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tingginya hanya 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Biasanya mereka hidup berkelompok dengan seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya.

Binatang yang pemalu ini bisa menjadi buas jika diganggu. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia dewasa seekor babirusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24 tahun.

Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.

Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai perdagangan daging babirusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan program perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi pengawasan habitat babirusa dan membuat taman perlindungan babirusa di atas tanah seluas 800 hektar.

0 komentar:

Posting Komentar

Sponsored KB

Sponsors

Sponsored

Welcome

Welcome alias selamad datang di go-Blog yg sederhana ini, semoga isi, luar dalem, kanan kiri, atas bawah, samping sebelah, depan belakang, bisa bermanfangat bagi pembaca / pengunjung sekaligus. Semua yang ada di g0-Blog ini, tak luput dari pengalaman si pembuat profil dan hasiL Copy paste dari Blog Blog yang postingannya menarik. Bukan maksud mengCopas, tp dengan maksud bisa menyebarkan lagi lebih luar ke masyarakat tentang artikel artikel didalamnya.

Selamat melihat - lihat. Thx.

Cari di Blog ini

Recomended

Followers

Total Tayangan Halaman